Minggu, 23 Oktober 2011

Hikayat

1.                   Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah , cerita , dongeng , maupun sejarah . Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang , lengkap dengan keanehan , kesaktian , serta mu’jizat tokoh utama.
2.                   Berdasarkan asal – usulnya hikayat terbagi menjadi :
a.                   Hikayat Melayu Asli
b.                  Hikayat Pengaruh Jawa
c.                   Hikayat Pengaruh Hindu (India)
d.                  Hikayat Pengaruh Arab – Persia

3.                   Contoh Hikayat (Resume)
Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.
Pertempuran antara Pandawa Lima dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan saudara, karena Pandawa Lima memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura yang di kuasai oleh para Kurawa (Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang berjumlah seratus).
Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti sedang Nakula dengan nama kecilnya Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim.
Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima, putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara syah.
Rencana penyerahan tahta Hastinapura ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai kelaknya hanya tinggal rencana saja, karena ren-cana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari Istri Destarastra yang sangat ambisius, apa lagi ambi si Dewi Gendari didukung oleh adiknya Harya Su man alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki dan syirik yang menghalakan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah diha sut dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, syirik dlsb.
Patih Harya Suman alias Sengkuni sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam membentuk anganggapan bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya, karena itu harus disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris syah atas tahta Hastinapura.
Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna ( Druna ) dan Resi Krepa, tetapi permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk menjadi rukun, bahkan semakin menjadi-jadi.
Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm ke-trampilan ulah senjata dan ulah krida dari pada para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibi dang sastra dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah pedang sedang kan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru kare-na masih terlalu kecil.
Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana ( adik Suyudhana ), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka.
Suatu saat Bima yang sangat rakus, dalam makanannya diberi racun oleh Kurawa, setelah Bima tidak sadarkan diri kemudian dibuang kedalam sumur Jalatunda yang berisi penuh dengan ular beracun ganas. Karena pertolongan Batara Dadungnala, Bima dapat selamat dan sejak itu Bima menjadi kebal terhadap segala macam racun betapapun ganasnya racun tersebut.
Mengetahui usahanya menyingkirkan Bima gagal, maka Kurawa berusaha lagi untuk menyingkirkan Pandawa Lima dengan cara membakar bale Sigala-gala tempat menginap para Putra Pandu dan Ibunya Dewi Kunti, tetapi usaha itupun gagal lagi, karena Putra Pandu memperoleh pertolongan dari Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga dan Yama Widura.
Untuk mencegah Pandawa Lima dan para Sata Kurawa agar tidak terjadi sengketa terus menerus, para tetua mereka terutama Resi Bis- ma dan Yama Widura, menganjurkan kepada Destarastra agar Pandawa Lima diberi hutan Kan dawaprastha atau Wanamarta, saran tersebut diikuti oleh Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa Lima.
Dalam waktu singkat Pandawa Lima yang
dibantu oleh beberapa Dewa dan sahabat saha-batnya, berhasil merubah hutan belantara menja di sebuah kerajaan yang besar dengan nama Amerta dan Indraprasta sebagai ibu kotanya.
Semakin lama Amerta menjadi semakin ma ju, kerajaannya menjadi semakin besar dan kuat, banyak kerajaan kecil-kecil, bergabung berkat perjuangan Bima dan Harjuna.
Sebagai pernyataan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta Ja-gad Raya ini, maka para pembesar Kerajaan A-marta mengadakan syukuran, sesaji kepada Raja Suya dan para Kurawapun diundang untuk meng hadiri upacara sesaji itu dan dalam pelaksanaan upacara sesaji tersebut terdapat keributan antara Prabu Kresna dengan Prabu Si Supala, berakhir dengan meninggalnya Prabu Si Supala, tetapi tidak menggangu kelancaran jalannya upacara sesaji.
Karena sudah mempunyai bibit rasa iri dan dengki pada Pandawa Lima, maka Kurawa menilai bahwa upacara tersebut merupakan pameran kekuatan Pandawa Lima, hal demikian dimanfaatkan oleh Patih Sengkuni untuk mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara pada Pandawa Lima (Putra Pandu).
Prabu Duryudhana atas nama Kurawa, mengundang Pendawa Lima untuk menghadiri pes-ta yang diadakan di kerajaan Hastinapura, atas hal tersebut para tetua Hastinapura seperti Pra bu Destarastra, Resi Bisma dan Yama Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para Sata Kurawa telah berdamai dan bersahabat.
Penilaian tetua Hastinapura ternyata mele-set, karena undangan Kurawa hanya merupakan siasat untuk membuat sengsara Pandawa Lima.
Waktu itu Pandawa Lima diajak minum mi-numan yang memabukkan sampai mabuk dan dalam kondisi mabuk itulah Pandawa Lima dia-jak main judi, Pandawa Lima diwakili oleh Yudistira dan Hastinapura diwakili oleh Patih Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan judi tersebut Pandawa Lima di kalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa, judi dan mabuk-mabukan sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa.
Awalnya Pendawa Lima sering dimenang-kan, tetapi setelah taruhan diperbesar dan merupakan target Para Kurawa, maka Pendawa Lima dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta dipertaruhkan dan dikalahkan, keadaan semakin panas, ke-mudian setelah adik-adiknya dan dirinya yang di jadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan pula.
Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi agak tertolong dengan campur tangannya tetua Hastinapura Resi Bisma dan Yama Widura. Dewi Drupadi diminta untuk diserahkan kepada Resi Bisma dan diberikan, untuk ini para Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin menikmati kemenangannya pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada Pandawa Lima oleh Resi Bisma.
Atas kekalahan judi para Pandawa Lima, te tua Hastina mengambil kebijaksanaan dan jalan tengah, bahwa Pandawa Lima harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari Panda wa lima dapat dipergoki, maka mereka semua ha rus menjalani pembuangan ulang lagi selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun.
Dewi Drupadi-pun mengikuti para Pandawa Lima dalam menjalani hukuman pembuangan, sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa Lima tetap tinggal Kerajaan Hastinapura. Sebagian Istri dan anak-anaknya Raden Harjuna dititipkan di Kerajaan Cempalaradya, Dewi Wara Subadra dan sebagian lagi istri-istri Raden Harjuna dan anak-anaknya dititipkan di Kerajaan Dwarawati.
Dalam masa menjalani hukum pembuang - an, Raden Harjuna dan Bima memanfaatkan wak tunya untuk memperdalam ilmunya dan mencari senjata pusaka. Bima bertemu dengan Anoman saudara tunggal Bayu yang mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.
Setelah Pandawa Lima menyelesaikan ma-sa pembuangan 12 tahun lamanya, kemudian menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata. Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah dan tatanegara dengan nama Wijakangka, Bima sebagai Jagal/penyembelih hewan dengan nama Jagal Abilawa, Harjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama Kandhi Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara kuda dengan nama Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi dayang istana dengan nama Sailandri atau Salindri.
Disaat hari penyamaran Pandawa Lima ber-akhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan sekutu-kutunya ke Kerajaan Wirata. Para Pandawa Lima tidak dapat tinggal diam ketika melihat kejadian penyerbuan yang telah mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan Wirata tempat mereka menyamar selama ini.
Dengan ikutnya Pandawa turun kemedan perang, akibatnya para Sata Kurawa mengetahui penyamaran Pandawa Lima. Maka ketika diada kan perundingan untuk memulihkan hak Panda wa Lima atas Kerajaan Amarta dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa dengan alasan penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang kembali masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa penyamaran.
Menurut perhitungan tetua Hastina, Panda wa Lima telah menjalani masa hukuman dengan sempurna, karena itu mereka harus dikembalikan hak-haknya termasuk setengahnya Kerajaan Hastinapura, namun hal demikian ditolak oleh Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dalam perundingan diwakili oleh Prabu Kresna sebagai duta Pandawa Lima.
Karena perundingan damai mengalami ke-gagalan, maka pecahlah pertempuran utk mem-perjuangkan haknya, kemudian dikenal dengan kisah “MAHABHARATA”, masa pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan kemenangan Pandawa Lima, tetapi semua putra Pandawa Lima gugur dimedan perang di Tegal Kurusetra.
Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan sadar merupakan hari-hari utk menyongsong saat ke-matian, setelah menobatkan Parikesit cucu Ra-den Harjuna sebagai Raja Hastinapura, beberapa tahun kemudian Pandawa Lima mendaki kepun cak Gunung Himalaya, termasuk Dewi Drupadi untuk menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih.
Pertama kali yang dijemput oleh Batara Ya-madipati (Dewa penjemput nyawa) adalah Dewi Drupadi, dinilai paling banyak dosanya diban -dingkan dengan kelima suaminya yakni Panda wa Lima. Pertama karena dihati kecilnya ia lebih mencintai Raden Harjuna dari pada dengan suami lain-lainnya. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam, kata-katanya sering melukai hati orang lain, diantaranya adalah Narpati Basukarna (Adipati Karna), Prabu Duryudhana, Resi Druna/ Drona, Dursasana dan Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi Drupadi.
Berikutnya giliran Sadewa yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena sering meremehkan atau memandang rendah orang lain termasuk kakak kakaknya meskipun hanya didalam hati saja dan tidak pernah diucapkan. Sadewa mempunyai ilmu / aji Pranawa Jati yang dapat mengetahui kejadian yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa lalu yang pernah dialami.
Setelah Sadewa giliran berikutnya kemudi-an adalah Nakula yang dijemput oleh Batara Ya-madipati, karena meskipun diam sebenarnya di-dalam hatinya Nakula selalu iri dan dengki kepada saudara-saudaranya terutama dengan Sadewa.
Giliran berikutnya setelah Nakula adalah Raden Harjuna yang dijemput oleh Batara Yama dipati, karena didalam hati kecilnya Raden Har-juna terlalu bangga dengan ketampanan yang dimilikinya dan merasa paling dibutuhkan atau pa-ling penting dibanding dengan saudara-saudaranya.
Bima giliran berikutnya dijemput oleh Bata ra Yamadipati, karena dinilai sering tidak dapat menahan nafsu amarahnya.
Yudistira tidak dijemput oleh Batara Yama-dipati dan tidak menemui ajalnya, ia berjalan sampai didepan pintu Syurga dan dijemput oleh Batara Indra, diajak untuk masuk syurga tetapi anjingnya dilarang masuk. Yudistira menolak masuk syurga jika anjingnya tidak diperbolehkan masuk syurga, karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai suatu kesetiaan. Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk kesyurga jika anjing yang menunjukkan kesetiaannya dilarang masuk syurga. 
Atas ucapan Yudistira yang menghargai ke setiaan, seketika itu juga anjing putih yang selalu menyertai perjalanan Pandawa Lima dengan setianya sejak dari Istana Hastinapura sampai kepintu syurga, berubah wujudnya menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya Yudistira yang sebenarnya .
4.                  Pandawa Lima adalah sebutan 5 bersaudara , putra dari Pandu Dewanta , yaitu :
1.                                                               Yudistira           , dengan nama kecil Puntadewa
2.                                                               Bima                                                       , dengan nama kecil Sena      anak dari Dewi Kunti
3.                                                               Arjuna   , dengan nama kecil Permadi
4.                                                               Nakula , dengan nama kecil Punten                anak dari Dewi Madrim
5.                                                               Sadewa , dengan nama kecil Tangsen             

-                                                                                     Yudhistira : lebih unggul dibidang sastra dan ketatanegaraan
-                                                                                     Bima            : lebih unggul dibidang memainkan senjata gada , bertubuh besar
-                                                                                     Arjuna        : lebih unggul dibidang memanah dan ulah pedang
-                                                                                     Pandu Dewanta      : raja Hastinapura
-                                                                                     Destarasta                : kakak Pandu Dewanta ; buta ; menduduki jabatan sementara tahta Hastinapura sampai anak Pandu dewanta dewasa ; kurang kuat pendiriannya ; mudah dihasut
-                                                                                     Dewi Gendari          : Istri Destarasta ; sangat ambisius
-                                                                                     Harya Sumanik        : adik Dewi Gendari ; patih Hastinapura ; berwatak iri , dengki , syirik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
-                                                                                     Kurawa       : 100 anak Destarastra ; berwatak pendusta , iri , dengi , tamak , syirik
-                                                                                     Resi Duma                 Guru pandawa Lima dan Kurawa
-                                                                                     Resi Kepa
-                                                                                     Barata Dadungnala                : penyelamat Bima dari ular beracun
-                                                                                     Barata naradha
-                                                                                     Sang Hyang Antaboga          penyelamat Pandawa Lima dan Dewi Kunti
-                                                                                     Yama Widura
-                                                                                     Dewi Drupadi           : Istri Pandawa Lima
-                                                                                     Perikesit    : cucu raden Arjuna , dinobatkan sebagai raja Hastinapura.

Pesan Moral : Jangan sampai timbul rasa iri , dengki terhadap saudara karena akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada habis – habisnya yang akan merugikan banyak pihak baik dir sendiri dan orang lain .

0 komentar:

Posting Komentar